ndablek.com – Bencana ekologis melanda Kedung Pinihan di Dusun Kwangen, Desa Cokrokembang, Kecamatan Ngadirojo ketika seluruh ikan yang ditebarkan oleh Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Pacitan ditemukan mati. Keramba ikan yang baru dipasang pada hari Senin (22/1) menjadi saksi bisu dari dampak serius pencemaran limbah tambang GLI.
Yuli Agus, salah seorang warga setempat, memberikan kesaksian tentang kejadian ini. Dia menyatakan bahwa hanya beberapa jam setelah pemasangan keramba, ikan-ikan tersebut menemui ajalnya akibat pencemaran air yang disebabkan oleh limbah tambang GLI.
“Beberapa jam setelah keramba itu dipasang dan ikan ditabur, terus banyak yang mati,” katanya.
Hal senada juga diungkapkan Prapto yang rumahnya tidak jauh dari lokasi sungai. Dia melihat kondisi keramba pasca ditebar oleh dinas terkait. “karena sebelumnya aliran sungai yang teraliri limbah tambang itu tidak ada yang hidup. Bahkan anggang-anggang pun tidak ada,” Jelas Prapto
Pihak berwenang dari Dinas Perikanan dan Kelautan sedang melakukan penyelidikan mendalam untuk mengungkap akar penyebab kematian massal ikan ini. Sementara itu, warga Desa Cokrokembang mengecam aktivitas tambang GLI yang dianggap sebagai pemicu tragedi ekologis ini.
Berdasarkan hasil pemeriksaan awal, air sungai yang berjarak dua kilometer dari lokasi tambang PT GLI ini terjadi penurunan kadar oksigen (DO) dan peningkatan zat besi serta zat asam.
Diberitakan sebelumnya, aktivitas pertambangan GLI di Desa Kluwih, Tulakan, Pacitan, dinilai lebih banyak mudharat daripada manfaatnya.
Terutama, bagi masyarakat Desa Cokrokrembang, Pagerejo, Ngadirojo dan Wiyono, Kecamatan Ngadirojo, Pacitan.
Sebab, mereka dirugikan akibat masifnya eksplorasi. Bahkan, membuat sejumlah petani kehilangan mata pencaharian akibat lingkungan yang rusak