ndablek.com Penyuluhan Pertanian Lapangan (PPL) Desa setempat, Toto Widayanto, mengungkapkan dampak serius dari limbah tambang GLI di lima desa, dimana 9.3 hektar lahan pertanian terpapar. Dari total luas lahan 103 hektar, 3.5 hektar masuk kategori kritis, menyebabkan produksi pertanian merosot 50 persen.
Dampak serius ini menciptakan tantangan besar bagi para petani, dengan produksi yang menurun drastis. “Biasanya, 9 are lahan pertanian mampu menghasilkan 16 zak padi, sekarang hanya 9 zak,” ungkap Toto.
Gunadi, Kepala Desa Cokrokrembang, menyoroti bahwa bukan hanya lahan pertanian yang terkena dampak, melainkan juga aliran sungai sepanjang 350 hektar. Keberadaan bioindikator pencemaran air sungai, seperti anggang-anggang, telah hilang, menyisakan sungai yang tidak memiliki kehidupan. Ikan, khususnya ikan sidat yang sebelumnya menghuni sungai, kini telah lenyap.
Kondisi ini menggambarkan ancaman serius terhadap mata pencaharian dan ekosistem lokal. “ikan- ikan tidak ada yang hidup, padahal dulu habitat ikan sidat,” beberya.
Masyarakat setempat menyoroti urgensi penanganan dampak tambang GLI ini, tidak hanya terhadap lahan pertanian, tetapi juga terhadap ekosistem sungai yang merupakan sumber kehidupan mereka. Perlu tindakan konkret untuk melibatkan pihak berwenang dan pihak terkait guna mendukung pemulihan ekosistem dan kehidupan sehari-hari para petani di daerah ini.