ndablek.com – Aktivitas pertambangan yang masif oleh PT Gemilang Limpah Internusa (GLI) di Desa Kluwih, Pacitan, disebut merugikan masyarakat setempat. Desa-desa seperti Cokrokrembang, Pagerejo, Ngadirojo, dan Wiyoro melaporkan kehilangan mata pencaharian petani akibat berkurangnya hasil pertanian.
Sebelum tambang milik investor Tiongkok itu beroperasi, hasil bertani mencukupi untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga Jumangin. Sekali panen ia bisa mendapatkan 16 karung gabah untuk satu petak sawah.” sekarang hanya dua karung,” sebutnya.
Tak hanya dari segi penghasilan, petani pun kesulitan menyemai benih padi, bahkan tiga kali penyemaian selalu gagal, dia pun terpaksa membeli benih dari Kabupaten Madiun dan Ponorogo.
Jumangin bersama masyarakat lain telah melayangkan protes ke Bupati Pacitan menuntut penutupan tambang. “Dibayar berapapun kami tidak mau, pokoknya tambang harus ditutup,”ujarnya.
Akibat limbah tambang, debit air semakin berkurang. Saat hujan turun, air menjadi keruh. bahkan tidak layak untuk diminum. Dampak pertambangan ini memaksa petani harus memasang pompa air dalam untuk mengairi sawah. Konsekuensinya petani harus mengeluarkan biaya lebih mahal untuk sekali pengairan “dengan pompa air sekali sedot biayanya Rp 200 ribu,” tuturnya