ndablek.com – Pernikahan dengan adat Jawa tidak hanya dikenal dengan keindahan upacaranya, tetapi juga dengan sajian makanan yang sarat akan makna dan filosofi mendalam. Dua hidangan khas, jadah dan jenang, terbuat dari beras ketan, membawa simbolisme yang mendalam dalam pernikahan adat Jawa.
Beras ketan, dengan teksturnya yang lengket dan menyatu, menjadi representasi dari harapan bahwa mempelai dapat saling menyatu, terikat, dan memiliki hubungan yang erat. Jadah dan jenang tidak hanya menjadi hidangan penting dalam pernikahan, tetapi juga menjadi bagian tak terpisahkan dari acara lamaran.
Dalam proses pembuatan jadah dan jenang yang memerlukan kesabaran, ketelitian, dan kerja keras, orang tua zaman dulu ingin menyampaikan pesan kepada kedua mempelai. Proses ini menjadi metafora bahwa dalam menjalani bahtera rumah tangga, kesabaran, ketelitian, dan kerja keras sangat diperlukan.
“Kedua mempelai diharapkan tetap bersatu, sulit dipisahkan oleh masalah atau rintangan apapun yang dihadapi di kehidupan rumah tangga kelak,” ujar Sogirin Salah seorang sesepuh.
Tak hanya itu, sajian jadah dan jenang juga menjadi pengingat untuk saling membantu, teliti, dan peduli satu sama lain. Para leluhur zaman dulu ingin mengajarkan bahwa sebuah rumah tangga yang bahagia memerlukan kolaborasi dan perhatian antara suami dan istri.
“Proses pembuatan jadah dan jenang mengingatkan bahwa kebahagiaan dalam rumah tangga memerlukan kerja keras dan kesabaran dari kedua belah pihak.”jelasnya.
Selain jadah dan jenang, makanan lain seperti kue cucur, wajik, dan lemper ketan juga seringkali menjadi bagian dari pernikahan adat Jawa, membawa nuansa tradisional yang kaya makna. Semoga makna mendalam di balik sajian-sajian ini tetap dijaga dan menjadi inspirasi bagi pasangan-pasangan yang memasuki bahtera kehidupan rumah tangga.